Belajar dari Kedai Bun Cha

293

DUNIA kiranya tahu benar Vietnam kian bertumbuh menjadi negara yang kompetitif, negara unggul. Apa rahasianya?

Hemat saya, salah satu jawabannya ialah negara itu setia pada perkara-perkara kecil.

Dari mana tahu?

Dari sebuah kedai bakmi di negara itu yang sadar sejarah di masa depan.

Bahwa sejarah bukan semata urusan masa lalu, tetapi justru investasi di masa depan.

Pekan lalu, kedai Bun Cha Huang Lien kembali membuat berita karena mengabadikan peristiwa bersejarah.

Di kedai itulah dua tahun lalu (24 Mei 2016), bersama Anthony Bourdain, pengasuh program masak-memasak di CNN, Presiden AS Barack Obama menikmati bakmi dan sebotol hanoi beer.

Kedai itu pilihan Bourdain, berada di pinggir jalan, yang tidak bersih-bersih amat dari kacamata protokol kepresidenan.

Obama makan pakai sumpit, seperti lazimnya warga setempat.
Ia minum bir hanoi itu langsung dari botolnya yang dipegang tangan kanannya. Anthony Bourdain yang membayarnya total $6.

Kini semua peralatan makan dan minum kedua tokoh, lengkap dengan piring, sumpit, dan botol bir rapi di atas meja, serta dua kursi plastik tempat mereka duduk, dilestarikan di dalam kotak kaca ukuran panjang 75 cm, lebar 60 cm, tinggi 130 cm.

Anthony membagi foto bersejarah itu melalui Instagram yang pekan lalu telah dikunjungi 123.830 pengunjung.

Komentarnya, “Not sure how I feel about this.”

Kata Nguyen Thie Lien, pemilik kedai itu, ia tidak pernah membayangkan, apalagi bermimpi Presiden Obama menjadi tamu di kedainya.

Kini banyak turis datang bersantap di kedai milik Nguyen Thie Lien itu.

Mereka didorong rasa penasaran, seperti apakah gerangan kedai di pinggir jalan, tempat Presiden Barack Obama menikmati mi dan bir.

Kini imaji orang, tanpa perlu banyak bertanya, dituntaskan dengan diabadikannya sang ‘artefak’.

Kedai itu berada di bilangan Old Quarter, tempat backpacker berjalan kaki.

Di situ, di Kota Hanoi bertambah satu lagi objek wisata yang khas.

Inilah wisata kuliner seraya membayangkan diri berselera sekelas Obama dan Bourdain.

Semua itu berkat langkah kecil yang berdampak besar. Langkah kecil, tetapi berbasiskan kesadaran tinggi perihal makna sejarah di masa depan.

Berwisata di kedai itu melengkapi, tepatnya menyempurnakan perspektif sejarah setelah orang mengunjungi salah satu andalan utama wisata Vietnam, The Tunnels of Cu Chi, di Ho Chi Minch City.

Di terowongan 121 km itu dihidupkan kembali sejarah bagaimana pejuang Viet Cong menghabisi tentara AS, dalam perang terlama (19 tahun, 5 bulan, 4 minggu, 1 hari).

Adapun di kedai mi di Hanoi itu, bersama Presiden Obama, dalam bilangan menit bersantap, turis dibawa ke alam damai yang kerakyatan.

Disadari atau tidak, orang kecil, warga biasa, pemilik kedai itu, turut melengkapi sebuah narasi sangat besar yang melukiskan hubungan AS-Vietnam.

Vietnam telah menjadi destinasi wisata asing yang eksotik.

Pada 2017, Vietnam mengalami pertumbuhan turisme 29,1%, membawa masuk 12,9 juta turis mancanegara. Hanoi dan Ho Chi Minch City jelas faktor yang turut memicu pertumbuhan turisme double digits itu.

Banyak tokoh besar dunia telah berkunjung ke negeri ini.

Di antaranya bersantap secara unik, termasuk dilakukan Barack Obama, yang bahkan pernah hidup di negeri ini.

Namun, kita berkecenderungan menjadikannya one day story, cerita sehari, yang tidak diabadikan sebagai memori yang hidup, menjadi cerita berkepanjangan sebagai produk wisata.

Kita punya banyak objek wisata yang indah, yang perawan bahkan, sehingga barangkali menutupi cakrawala untuk bersetia melihat perkara-perkara kecil yang senyatanya mengandung nilai investasi di masa depan.

Saya pikir perlulah belajar dari orang kecil, pemilik kedai Bun Cha, yang menunjukkan kearifan sebaliknya.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.