Ganjar Pranowo

0 612

NAMA paling beken dewasa ini ialah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Berbagai survei lembaga tepercaya menghasilkan temuan kalau pilpres diselenggarakan ‘hari ini’, Ganjar meraih suara terbanyak.

Yang menyukai Ganjar pun kian banyak. Alasannya beraneka ragam. Salah satunya ialah Ganjar penerus Jokowi. Yang terakhir ini, misalnya terbaca oleh saya, di sebuah spanduk, di sebuah kampung. Di mana? Yang istimewa ialah bukan di Jawa Tengah.

Penerus Jokowi mengandung makna bahwa Jokowi berhasil. Hanya kesuksesan, bukan kegagalan yang memerlukan sang penerus. Adakah yang ingin meneruskan kegagalan? Kalau ada, bawalah dia ke rumah sakit jiwa.

Yang mengherankan ialah tak banyak orang yang berbicara perihal kinerja sang penerus. Nyaris tak ada pertanyaan kepublikan apakah yang dihasilkan Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah? Apakah dia berhasil? Apakah dia meninggalkan legacy? Ataukah dia seorang gubernur yang biasa-biasa saja?

Yang jelas, dia bukan gubernur gagal. Jika, toh, ada yang usil mencari-cari kesalahannya atau kegagalannya, orang akan menyimpulkan itu hoaks. Kiranya, inilah salah satu kelebihan Ganjar bahwa citranya bagus.

Ganjar bahkan memiliki pendukung fanatik. Seperti, ‘dulu’ Jokowi punya relawan, kini pun telah hadir relawan Ganjar Pranowo. Mereka rela berkorban, antara lain digolongkan sebagai celeng.

Celeng tentu saja bukan banteng. Jauh benar bedanya, kelasnya, sekalipun sama-sama hidup di hutan. Terlebih lagi tak ada celeng di kota. Pergilah berwisata ke kebun binatang yang ada di kota. Yang ada di situ banteng, bukan celeng.

Untuk menjadi calon presiden, tentu Ganjar memerlukan kendaraan yang memenuhi syarat untuk mengusungnya. Sudah tentu luas diketahui Ganjar ialah kader setia PDI Perjuangan yang berlambangkan banteng moncong putih. Luas pula diketahui bahwa Ibu Megawati Soekarnoputri, ketua umum partai yang diberi mandat oleh kongres, untuk menentukan siapa yang bakal menjadi capres.

Maka itu, bagi kader PDI Perjuangan yang menginginkan Ganjar menjadi capres, haraplah bersabar. Ibu Megawati belum mengambil keputusan. Ada yang membahasakan beliau perlu kontemplasi–olah pikiran dan batin yang khusyuk. Ini menunjukkan memang diperlukan kearifan mendalam untuk menentukan siapa pemimpin negeri ini kelak yang mampu menjadi sang penerus Jokowi.

Tentu saja ada yang melirik Ganjar dari ‘kampung sebelah’. Ganjar bak kembang kampung yang juga bikin ‘kampung lain’ ingin memetiknya. Dan ini bisa bikin marah kampung sendiri, kampung pemilik kembang. Ganjar telah menjadi urusan yang sensitif di kampung sendiri.

Yang menarik ialah Ganjar tahu bahwa dia ‘subjek yang sedang diobjekkan’. Sebaliknya, dia pun tahu bahwa ada yang menjadikan dirinya sebagai ‘objek yang disubjekkan’. Dengan kata lain, Ganjar sejauh ini tahu benar bagaimana membawa dirinya agar di dalam percaturan ‘subjek yang diobjekkan’ maupun ‘objek yang disubjekkan’ itu dirinya tetaplah seorang kader yang santun.

Kesantunan itu yang malah bikin celeng-celeng kian bergairah. Kesantunan itu pula yang bikin ‘kampung sebelah’ kian bergairah ingin memetiknya (sekalipun dibungkus dalam kelakar). Apa kata Ganjar?

“Alah, ora urusan, masih jauh gitu, kok, dukung-mendukung, rebut-merebut, apa. Enggak-enggak, saya tetap PDIP.”

Ono-ono wae. Lah, yang bilang Ganjar bukan PDIP itu siapa?

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.