Negara Vs Narkoba Siapa Menang?

273

Dua harian penting di Republik ini, di hari yang sama dalam pekan ini (6/3), menurunkan kepala berita yang bersahut-sahutan. ‘Narkoba Jenis Baru Terus Bertambah’, tulis Kompas. ‘BNN Minta Wewenang Penyadapan’, tulis harian ini. Sempurnalah kedua media jurnalisme itu (bukan media sosial) menunjukkan tingkat urgensi dan derajat keseriusan ancaman narkoba.

Pertanyaan yang mengganggu subjektivitas saya, bakal menangkah negara ini melawan narkoba? Mohon jangan salah paham. Negara adidaya Amerika Serikat cenderung kalah melawan kejahatan narkoba. Kekalahan terakhir terjadi 1 Januari 2018. Mulai saat itu Negara Bagian California memberlakukan peraturan apotek resmi diizinkan menjual mariyuana untuk kesenangan (recreational marijuana).

Dengan demikian, ada delapan negara bagian dan Distrik Columbia yang telah melegalisasikan penjualan mariyuana untuk kesenangan. California pelopor legalisasi penjualan mariyuana untuk medis (1996). Kini ada 29 negara bagian di AS yang melegalkan penjualan mariyuana untuk keperluan medis.

Hemat saya, tunggu waktu saja di antara negara bagian itu bakal ikut juga melegalkan mariyuana untuk kesenangan. Sesuai dengan namanya, mariyuana untuk kesenangan dijual tanpa resep dokter. Takarannya pun cukup bikin senang, yaitu kira-kira penikmatnya mengalami euforia dan rileks.

Tersedia berbagai pilihan, berupa kembang mariyuana, THC-soda infus rasa jeruk, dan cokelat ganja. Berpenduduk hampir 40 juta, ekonominya keenam terbesar di dunia, menurut The Economist (6/1/2018), California dengan instan bakal menjadi pasar mariyuana untuk kesenangan yang terbesar.

Studi yang dilakukan Universitas California memperkirakan penjualan ganja untuk kesenangan saja akan mencapai US$5 miliar setahun. Negara bagian itu telah menjual mariyuana untuk medis senilai US$2 miliar setahun. Demikianlah pasar narkoba bagi pecandu berubah fundamental dari pasar gelap menjadi pasar yang terang benderang yang justru lebih dapat dikendalikan negara.

Dari barang yang semula haram menjadi halal itu negara dapat memungut pajak, yang antara lain bisa dipakai untuk dana pendidikan umum seperti dilakukan Negara Bagian Oregon. Legalisasi mariyuana untuk kesenangan di California juga membawa maslahat bagi persamaan ras.

Jumlah orang kulit hitam dan kulit putih pemakai narkoba kurang lebih sama, tetapi orang kulit hitam tiga kali lebih banyak yang masuk penjara. Dengan legalisasi itu, terhapus pula perlakuan diskriminatif. Kenapa California dan negara bagian lain itu akhirnya berkompromi melegalkan mariyuana untuk medis dan kemudian melegalkan mariyuana untuk kesenangan?

Jawabnya karena perang terhadap narkoba yang dikumandangkan Presiden Richard Nixon pada Juni 1971, hampir 47 tahun yang lalu, sejujurnya boleh dibilang gagal. Padahal, temanya garang sekali, ‘narkoba musuh publik nomor satu’. AS ditengarai merupakan negara dengan paling banyak terpidana di dunia.

Pada 2016 di seluruh penjara di negara adikuasa itu terdapat 2,2 juta terpidana. Dalam 40 tahun (1974-2014) total terpidana naik enam kali lipat, sedangkan terpidana narkoba dalam 34 tahun (1980-2014) naik hampir 11 kali lipat. Sebaliknya, tak jemu saya ingin membandingkan dengan Belanda yang penjaranya malah makin banyak tutup karena tidak ada terpidana.

Bukan saja karena negara itu aman, melainkan hemat saya juga karena kebijakan solusi mereka terhadap narkoba. Belanda yakin menyembunyikan fenomena sosial negatif tidak membuatnya lenyap, tapi sebaliknya malah membuatnya lebih buruk, yaitu menjadi lebih sulit dipengaruhi dan dikontrol.

Berdasarkan gagasan pokok itu Belanda melakukan dekriminalisasi penggunaan narkoba dengan membuatnya legal di coffee shop dengan aturan ketat (antara lain hanya untuk orang dewasa, iklan narkoba dilarang) dan takaran terukur (transaksi ganja maksimum 5 gram).

Terus terang secara subjektif saya mengkhawatirkan negara ini jangan-jangan gagal memerangi narkoba bila terus berpandangan hitam putih, yaitu tanpa pandang bulu mengkriminalkan semuanya, termasuk pemakai narkoba yang senyatanya pasien yang telah terserang sarafnya dan nyaris tidak tersembuhkan.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.