Negara Bahagia

275

APAKAH secara keseluruhan Anda puas dengan kehidupan Anda hari-hari ini?

Itulah substansi pertanyaan kepada warga untuk mengukur kebahagiaan warga suatu negara.

Hasilnya selama 25 tahun warga Tiongkok tidak bertambah bahagia sekalipun pendapatan nasional mereka meningkat.

Kebahagiaan di AS malah merosot. Yang paling bahagia di bumi ialah warga Norwegia.

Perihal kebahagiaan itu diumumkan pada 20 Maret lalu, yang merupakan Hari Kebahagiaan Dunia.

Pada hari itu, dengan dukungan PBB, World Happiness Report 2017 diterbitkan, disertai pikiran besar bahwa kebahagiaan warga menjadi tujuan kebijakan publik suatu pemerintahan.

Kebahagiaan merupakan produk kehidupan personal, kehidupan sosial, dan kehidupan bernegara.

Parameternya ialah kepedulian, kebebasan, kedermawanan, kejujuran, kesehatan, pendapatan, dan tata kelola pemerintahan. Norwegia penghasil minyak, sekalipun harga minyak anjlok tak ketolongan, warganya paling bahagia. Apa penjelasannya?

Hanya orang Norwegia yang telah berkeliling dunia yang merasa ‘berhak’ menjawabnya.

Dia ialah Gunnar Garfors, jurnalis muda, 37, warga Norwegia yang telah melanglang buana ke 198 negara (lebih banyak daripada negara anggota PBB yang cuma 193), di antaranya Palestina dan Korea Utara.

Katanya, orang Norwegia bahagia karena punya tiga hal, yaitu hygge, hytta, dan dugnad.

Dugnad ialah menolong tanpa dibayar. Orang Norwegia suka menyumbangkan waktu dan tenaga mereka tanpa hitung-hitungan.

Mirip gotong royong di sini, tapi di masa lalu.

Kini telah berubah menjadi wani piro? Berani bayar berapa?

Hytta ialah kewajiban membangun rumah dari batang-batang kayu.

Yang cantik, katanya, rumah yang dicat putih dekat laut atau di kaki gunung.

Rumah itu menggambarkan pandangan hidup yang tak suka kemewahan.

Hygge ialah berbagi/kebersamaan dengan teman dan keluarga yang diekspresikan dalam kegiatan hiking fyords (mendaki semacam teluk berasal dari tumpukan es yang tebal, berat, bisa sangat dalam dan panjang), dan memetik buah beri di hutan.

Mereka menghirup udara bersih dan mengagungkan alam yang mengandung keliaran.

Human development index Norwegia selalu tergolong terbaik di dunia. Akan tetapi, HDI itu tidak dengan sendirinya berkaitan dengan kebahagiaan bila tanpa hygge, hytta, dugnad.

Warga Norwegia menghormati kesetaraan, bagaikan segalanya.

Pajak di sana tinggi, tapi kesehatan dan pendidikan gratis.

Masih ada tapi yang lain, yaitu uang mereka ‘bernilai’.

Mereka pun bergembira ngopi dan ngebir bareng.

Lawan kebahagiaan ialah kesengsaraan, yang antara lain diperlihatkan kesehatan jiwa.

Di awal tulisan ini disebut kebahagiaan warga AS merosot.

Sebanyak 22% warga AS didiagnosis mengidap depresi dan perasaan ketakutan dan kecemasan.

Semoga perkara buruk itu tidak bertambah, di bawah kekuasaan Presiden Donald Trump, yang dinilai suka berbohong.

Bagaimana dengan Indonesia?

Negara ini berada pada peringkat ke-81 dari 155 negara.

Tahun lalu kita berada pada peringkat ke-79 dari 157 negara.

Kurang lebih kita belum bertambah bahagia.

Kesehatan jiwa dinilai berpengaruh, tetapi derita itu diringankan peranan keluarga besar (extended family).

Disimpulkan, membaiknya pendapatan dan pendidikan lebih berdampak kepada kebahagiaan anak bangsa.

Ke sanalah mestinya semua melangkah.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.