Tharman Shanmugaratnam

256

SUKSESI PM Singapura menjadi pembicaraan hangat.

Dalam berbagai kesempatan, PM Lee Hsien Loong, putra mahkota pendiri negara Singapura Lee Kuan Yew, berkali-kali menyampaikan masa jabatannya yang sekarang merupakan masa terakhir ia berkuasa.

Siapa penggantinya? Dalam sesi dialog di Nikkei International Conference di Tokyo, Kamis (29/9), PM Lee Hsien Loong mengatakan suksesornya dipilih secara konsensus, berasal dari para menteri, yang muda.

Mereka yang harus memutuskan karena mereka harus mendukungnya dalam satu tim kerja sama.

Tak satu pun nama disebutnya.

Namun, survei yang dilakukan Yahoo Singapore mengorbitkan sebuah nama yang paling banyak dipilih responden untuk menggantikan PM Lee Hsien Loong.

Nama itu ialah Deputi PM Tharman Shanmugaratnam.

Tharman didukung 69% dari 897 responden serta menjadi pilihan pertama (55%) sebagai perdana menteri. Deputi PM Teo Chee Hean, 61, didukung 34%, hanya 17% menjadikannya pilihan pertama.

Menteri Keuangan Heng Swee Keat, 54, didukung 25%, hanya 9% menjadikannya pilihan pertama.

Menteri di Kantor Perdana Menteri, Chan Chun Sing, 47, didukung 24%, juga hanya 9% menjadikannya pilihan pertama.

Menteri Sosial dan Perkembangan Keluarga Tan Chuan-Jin, 47, didukung 16%, cuma 6% menjadikannya pilihan pertama.

Bagaimana dengan Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong? Sebagai yang termuda, 43, ia didukung 6%, tetapi hanya 2% yang memilihnya sebagai unggulan pertama menjadi PM Singapura.

Di antara deretan nama itu, dalam usia 59 tahun, Tharman bukan tergolong yang muda.

Akan tetapi, ia termasuk yang sering dipercaya merangkap jabatan.

Ia menjadi menteri pertama kali di masa PM Goh Chok Tong, terus dipercaya hingga kini di masa PM Lee Hsien Loong.

Selama lima tahun, ia menjadi menteri pendidikan (2003-2008), delapan tahun menteri keuangan (2007-2015), sekarang deputi PM sejak 2011 merangkap Chairman Otoritas Moneter Singapura.

Di kancah internasional, ia pernah menjadi petinggi di IMF.

Ia anggota Group of Thirty, sebuah badan internasional yang terdiri atas 30 anggota, yaitu para akademisi serta mantan ataupun yang masih menjabat pimpinan bank sentral dari berbagai negara.

Tharman politikus People’s Action Party (PAP), partai berkuasa.

Beragama Hindu dan alumnus tiga sekolah terkemuka (London School of Economics, University of Cambridge, Harvard University),

Tharman terpilih menjadi anggota parlemen dari daerah pemilihan Taman Jurong sejak 2001.

Sekalipun hasil survei menunjukkan dirinya diunggulkan menjadi PM ke-4 Singapura, Tharman tegas menjawab ia bukan orang yang tepat.

Ia membahasakan dirinya sebagai orang yang bagus dalam membuat kebijakan serta bagus memberi nasihat kepada kolega yang lebih muda dan mendukungnya menjadi PM, tetapi bukan dia yang menjadi PM.

Suatu kali, ia menggunakan analogi dalam sepak bola.

Ia, kata dia, bukan seorang penyerang yang menciptakan gol. Ia senang di posisi setengah di belakang, mengumpan bola panjang ke depan.

“Saya bukan penyerang, kecuali dipaksa menjadi penyerang. Saya pikir saya tidak akan dipaksa karena kita punya banyak pilihan.”

Survei juga menunjukkan aspirasi yang kuat: 9 dari 10 responden menginginkan proses suksesi PM Singapura dilakukan secara transparan.

Bahkan, 4 dari 10 responden merasa sangat menginginkannya.

Aspirasi yang sangat kuat akan keterbukaan itu relatif merata di semua etnik, yaitu Tionghoa (41%), Melayu (36%), dan India (40%). Dalam hal usia, aspirasi yang sangat kuat itu juga terdistribusi relatif merata: umur 15-24 tahun (35%), 25-34 tahun (43%), 35-49 tahun (40%), 50 tahun dan ke atas (40%).

Keterbukaan memilih PM ke-4 Singapura itu tentu persoalan besar, sebab belum pernah terjadi.

Publik cuma secuil tahu bagaimana PM pertama, Lee Kuan Yew, yang berkuasa sejak 1959, memilih PM ke-2, Goh Chok Tong (1990).

Yang orang tahu dengan pasti, ia kemudian mempersiapkan dan menjadikan anaknya, Lee Hsien Loong, menjadi PM ke-3, menggantikan Goh Chok Tong (2004).

Saya berharap kiranya ada tokoh seperti Tharman Shanmugaratnam di negeri ini, yang tahu betul siapa dirinya.

Tahu kekuatan, tahu kelemahan diri sendiri. Tidak disilaukan hasil survei elektabilitas yang menjanjikan. Tokoh yang enjoy mendukung dan memberi advis kepada yang muda, untuk menjadi orang nomor 1, memimpin negeri.

 

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.