Pemimpin Global

379

SIAPAKAH pemimpin global saat ini? Jawabnya bukan Presiden AS Barack Obama, bukan PM Inggris David Cameron, bukan Presiden Prancis Francois Hollande, bukan Presiden Tiongkok Xi Jinping, bukan PM Jepang Shinzo Abe, bukan pula Presiden Rusia Vladimir Putin.

Semua pemimpin negara besar pria itu tak layak disebut pemimpin global. Yang kini patut menyandangnya ialah perempuan, Kanselir Jerman Angela Merkel.

Perlunya pemimpin global terbetik ketika televisi CNN pada Senin (7/8) membahas pengungsi Suriah masif melanda Eropa. Dalam hal Suriah, Obama telah gagal.

Ketika Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia menghabisi warganya dalam perang sipil, Obama menyatakan tidak akan tinggal diam.

Ternyata AS memilih diam. Bukan karena pengalaman pahit perang Afghanistan dan Irak, melainkan AS memang tak memiliki kepentingan dengan Suriah.

Sahabat utama AS ialah negara penghasil minyak dan Suriah tidak termasuk. Urat saraf AS juga tak bisa rileks, dihantui ketakutan, jangan-jangan di antara pengungsi ada teroris.

Prancis dan Inggris pada mulanya cuek. Hongaria bahkan memusuhi, mengusir pengungsi Suriah, termasuk anak-anak dan orang cacat di kursi roda.

Mereka berjalan kaki berjam-jam menuju Austria yang menyambut mereka hangat, untuk kemudian berlabuh di negara harapan, Jerman.

Jerman dengan sejarah Adolf Hitler tidak dicitrakan sebagai pejuang HAM, tetapi kini pejuang kemanusiaan. Halaman depan International New York Times Selasa (8/9) bahkan menurunkan liputan Jerman jadi contoh menangani pengungsi.

Diceritakan, Sabtu malam Rania al-Hamawi tidur di atas pelbet hijau bersih, di sisi tiga putranya, bersama ribuan
pengungsi lainnya di tempat penampungan di Muenchen.

Ibu itu kaget ketika terbangun Minggu pagi, separuh pengungsian itu kosong.

Sepanjang malam hingga pagi, mesin birokrasi Jerman yang canggih memindahkan sebagian pengungsi baru dari Bavaria ke sejumlah tempat di Jerman.

Sebanyak 1.500 ke Dortmund, 650 ke Braunschweig, dan 470 ke Saalfeld. Terjadilah distribusi beban.

Keteladanan Jerman di bawah kepemimpinan Merkel kiranya menggugah Hollande dan Cameron.

Prancis bakal menampung 24 ribu dan Inggris 20 ribu pengungsi. Jerman tahun ini saja siap menerima 800 ribu pengungsi, menjadikannya sebagai role model bagi Eropa, bahkan dunia.

Kanselir Angela Merkel, 61, sarjana kimia fisika, tipe pemimpin kalem. Ia berasal dari warga negara Jerman Timur, komunis. Dalam menghadapi krisis Eropa, ketika euro bakal kiamat akibat krisis Yunani, Merkel menjadi anutan. Negaranya, Jerman, menjadi sandaran solusi sementara Inggris, misalnya, justru berpikir keluar dari Uni Eropa.

Kini, menghadapi ribuan pengungsi Suriah, Merkel kembali dipuji visinya, keberaniannya, serta kemampuannya memikul beban di dalam negeri. Sampai pertengahan 2015, terjadi 200 serangan terhadap pengungsi.

Di Jerman juga muncul gerakan antiimigran, yang menyesalkan ‘islamisasi Eropa’. Gerakan antiimigran mendapat tempat di Eropa. Di Swedia, contohnya, partai antiimigran menjadi partai terbesar ketiga.

Merkel maju terus. Jerman bakal mengalokasikan 6 miliar euro. Ia berusaha tercapainya kuota Eropa, berbagi jumlah pengungsi. Katanya, Eropa berkewajiban moral dan legal menerima pengungsi. Sebaliknya, bukankah pemimpin di negara demokrasi berkewajiban moral dan legal menghormati aspirasi konstituennya?

Merkel melampaui semuanya, sejatinya pemimpin global.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.