Gorong-Gorong

289

MANAKAH lebih mudah, lembu lolos lubang jarum atau elite partai besar bertikai islah? Jawabnya yang pertama.

Lolos lubang jarum menggambarkan betapa dahsyat
persoalan dan betapa leganya keluar dari persoalan luar biasa besar jika
dibandingkan dengan kecil dan sempitnya jalan keluar. Bayangkan yang lolos itu sebesar lembu.

Sebaliknya, bagi elite partai besar yang bertikai islah, naga-naganya sesulit kucing lolos gorong-gorong. Padahal, lubang gorong-gorong jauh lebih besar daripada lubang jarum dan kucing amat kecil jika dibandingkan dengan lembu. Apa pasal?

Jawabnya karena islah bersyarat tiada berbeda dengan islah tanpa syarat. Keduanya sama sulit karena kedua pihak berbasiskan masa lalu. Padahal, masa lalu itu harus lebih dulu dikubur.

Setelah melalui keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia yang digugat serta pengadilan yang menelan waktu panjang hingga
berkekuatan hukum tetap, sebetulnya keputusan musyawarah nasional
(munas) mana pun harus diperlakukan telah menjadi masa lalu.

Klaim keabsahan munas masing-masing memerangkap, bahkan memenjarakan kedua pihak yang bertikai. Itulah bak dua kucing masuk ke gorong-gorong.

Betapa absurd, putusan pengadilan bahkan membawanya
lebih jauh lagi mundur ke belakang, yaitu kembali ke hasil munas enam
tahun lalu (2009).

Kesadaran temporer tak dapat mengikuti pilkada serentak kiranya mampu membawa balik ke hari ini. Bukan kemarin, bukan pula besok. Tak ada hari depan bila tak sekarang juga keluar dari gorong-gorong.

Saya bukan ahli kucing walaupun tahu main kucing-kucingan. Saya juga belum pernah masuk gorong-gorong, tapi sering melihat tikus keluar-masuk gorong-gorong dengan lincahnya.

Gorong-gorong memang dunia tikus, bukan jagat kucing. Hanya kucing sesat mencari tikus ke dalam gorong-gorong. Tikusnya mencelat keluar tak tertangkap, sang kucing malah terkurung di dalam gorong-gorong.

Sekarang ada tanda-tanda kedua pihak yang bertikai bakal keluar dari gorong-gorong, menggunakan jasa pemandu. Keduanya dikabarkan telah memaraf perjanjian islah.

Sang pemandu hadir untuk menyelesaikan satu-satunya masalah besar, yaitu keluar dari masa lalu. Semoga islah terwujud dengan harapan setelah pilkada jangan sampai luka terkoyak kembali.

Hasil pemilihan kepala daerah ialah hari esok yang belum diketahui hari ini. Bila hasil pilkada terasa seperti disembelih sembilu,
tak tertutup kemungkinan mereka kembali ke masa lalu, masuk ke
gorong-gorong dengan luka lebih dalam.

Kata Albert Camus, manusia ialah satu-satunya makhluk yang menolak untuk menjadi dirinya. Itulah bedanya dengan kucing, tikus, dan lembu, yang
tidak memiliki kemampuan menolak menjadi dirinya kecuali menjadi kucing,
tikus, dan lembu.

Salah satu manusia itu pemimpin. Saatnya mereka menolak menjadi dirinya yang terkurung dalam gorong-gorong.

Bahwa pemimpin masih memerlukan pemandu, baiklah ditutup dengan kalimat penghibur, tidak ada manusia sempurna. Tidak seperti lembu, yang begitu lahir telah sempurna sebagai lembu.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.