Ayah (Angkat)
TERUS terang, berkat komitmennya pada Martunis, anak Aceh korban tsunami, saya jatuh hati pada Cristiano Ronaldo. Padahal, saya bukan penggemar Ronaldo, melainkan Lionel Messi kendati keduanya pemain bola terbaik dunia, peraih Ballon d’Or. Akan tetapi, di luar lapangan hijau, di dalam kehidupan kemanusiaan yang konkret, sejak 3 Juli 2015 hati saya kepincut Ronaldo.
Malam itu televisi BBC menyiarkan berita klub Sporting Lisbon resmi mengontrak Martunis. Di klub yang memiliki Academia Sporting itulah antara lain Ronaldo dan maskot sepak bola Portugal, Luis Figo, ditempa. Ronaldo ayah angkat Martunis sejak 2005. Ia terbang ke Aceh menemui Martunis yang kala itu berusia 6 tahun. Alkisah, saat tsunami terjadi, Martunis mengenakan kostum tim nasional Portugal, bernomor punggung 10, replika pemain tenar Rui Costa.
Tsunami merenggut ibu dan dua saudara perempuannya. Dua puluh satu hari setelah tsunami, Martunis ditemukan terdampar di pantai berpaya-paya, kelaparan. Wartawan Sky News mengorbitkan bocah ajaib yang selamat dari tsunami seraya masih mema kai kaus yang sama, seragam tim nasional Portugal. Berita berfoto itu menggetarkan hati Ronaldo hingga ia menemui Martunis di Aceh (2005).
Ronaldo menjadikannya anak angkat, membiayai pendidikannya, berjanji suatu hari membawanya ke Portugal dan menjadikannya pemain profesional. Janji dipenuhi 2 Juli lalu. Tak hanya Martunis mendapat berkat. Persatuan Sepak Bola Portugal memberi uang untuk ayahnya membangun kembali rumah mereka. Berdasarkan foto yang disiarkan media interna sional, termasuk harian The Independent (Inggris), tampak gembira Ronaldo merangkul Martunis kecil (2005). Ia memberi kostum Portugal bernomor 1.
Delapan tahun kemudian (2013), Martunis remaja diundang ke Portugal bertemu legenda sepak bola Portugal Eusebio dan maskot Luis Figo. Seminggu lalu, 2 Juli 2015, pada usia 17, Martunis resmi dikontrak klub Sporting Lisbon. Kata Bruno de Carvalho, presiden klub: “Martunis will work at the academy. We will work with him also in his development as a human being and a man.” (The Independent, 2/7) Saya tersentuh.
Apa yang menggetarkan sukma Ronaldo, kapten tim nasional Portugal, sampai terpanggil menjadi ayah angkat dan memberi sedemikian jauh? Jawabnya, saya kira, betapa dahsyat dampak bila rasa kebangsaan dan kemanusiaan universal serentak tergugah. Seorang kapten tim nasional Portugal dari keluarga Katolik taat menyelamatkan sampai jauh ke masa depan seorang anak Aceh. Muslim, korban tsunami.
Di situ bersemi nilai-nilai sesama ciptaan Sang Khalik tanpa sekat sehingga predikat ‘angkat’ di belakang ‘ayah’ tinggal embel-embel belaka, tertera dalam tanda kurung. Karena itu, beruntunglah Martunis, berayah (angkat)-kan salah seorang atlet terkaya di dunia, yang ikhlas berbagi, memberi pancing, bukan ikan. Martunis satu-satunya anak Indonesia yang dikontrak Sporting Lisbon, klub hebat penghasil pemain-pemain hebat. Kiranya Martunis pun menjadi pemain hebat, yang hatinya pun hebat dalam berbagi berkat, seperti ayah (angkat)-nya, dalam kemanusiaan universal.
Menyangkut nasib, tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi. Namun, saat ini, seorang ayah (angkat) telah berkarya mengangkat tinggi-tinggi anak manusia dari dalamnya derita, melintasi suku, ras, kultur, agama, negara, dan benua.
See more at: http://mediaindonesia.com/podium/read/121/ayah-angkat/2015-07-09#sthash.vZP06Uls.dpuf
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.