Di Mana Posisi Anak-Anak Kita?

287

SEBUAH survei tentang indeks hilangnya masa kanak-kanak sedunia menempatkan anak-anak kita pada rangking ke-105 dari 175 negara. Dalam rangking itu Indonesia ditandai pula dengan huruf G. Apa artinya?

Itu satu tanda dari tiga ancaman hilangnya masa kanak-kanak. Yang pertama ditandai dengan huruf P, yaitu masa kanak-kanak yang direnggut kemiskinan (poverty). Contohnya anak-anak di Korea Utara, Rwanda, Timor Leste, dan Bangladesh.

Ancaman yang kedua ditandai dengan huruf C, yaitu anak-anak yang kehilangan masa kanak-kanak karena negara mereka dilanda konflik. Contohnya Palestina, Myannar, Sudan, dan Suriah.

Ancaman yang ketiga ditandai dengan huruf G, yaitu hilangnya masa kanak-kanak karena diskriminasi terhadap anak perempuan (girls). Contohnya Indonesia, Arab Saudi, Maladewa, dan Kamboja.

Ada negara yang anak-anaknya kehilangan masa kanak-kanak akibat dua ancaman, bahkan tiga ancaman sekaligus. Anak-anak di India, Kenya, Uganda, Nepal, Senegal, dan Ethiopia, misalnya, ditandai huruf P dan G karena mengalami ancaman kemiskinan dan juga diskriminasi perempuan.

Anak-anak di Haiti, Zimbabwe, dan Burundi ditandai huruf C dan P karena didera konflik dan juga kemiskinan. Yang paling parah tentulah anak-anak yang negaranya ditandai tiga huruf (C, P, G) sekaligus, yakni miskin, berkonflik, dan mengalami diskriminasi perempuan. Contohnya Kongo, Kepulauan Solomon, Gambia, dan Liberia.

Indeks hilangnya masa kanak-kanak (End of Childhood Index) 2018 menempatkan Singapura dan Slovenia sebagai negara peringkat pertama dengan skor tertinggi. Kira-kira, inilah negara surganya masa kanak kanak. Korea Selatan bersama tujuh negara Eropa

(Norwegia, Swedia, Finlandia, Irelandia, Belanda, Islandia, Italia) menempati 10 besar teratas sebagai negara yang kiranya sesuai dengan nyanyian, masa kanak-kanak, masa yang paling indah.

Sepuluh negara yang anak-anaknya paling kehilangan masa kanak-kanak ialah Kongo, Sierra Leone, Guinea, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, Chad, Republik Afrika Tengah, Mali, dan Niger. 

Itulah negara ‘neraka’ masa kanak-kanak.

Baiklah ditilik lebih tajam posisi anak-anak kita. Pertama, indeks hilangnya masa kanak-kanak karena kematian anak yang diukur berdasarkan kematian per 1.000 lahir hidup. Indeks Indonesia 26,4. Bandingkan dengan Malaysia (8,3), Thailand (12,2). Tapi Filipina lebih jelek dari kita (27,1).

Gizi buruk juga faktor hilangnya masa kanak-kanak. Indeks itu diukur dari banyaknya anak stunting, yaitu persentase anak umur 0-59 bulan yang berat badannya kerdil jika dibandingkan dengan umur. Indeks Indonesia 36,4. Bandingkan dengan Thailand (10,5), Malaysia (17,7), Vietnam (24,6), Myanmar (29,2), Filipina (33,4). Sejujurnya kita buruk.

Indikator lain hilangnya masa kanak-kanak ialah anak putus sekolah yang diukur berdasarkan persentase anak umur sekolah dasar dan menengah yang drop out. Indeks Indonesia 14,2. Vietnam (13,3), Malaysia (13,7), dan Thailand (13,7). Filipina lebih baik (6,1).

Hilangnya masa kanak-kanak juga diperlihatkan fakta bahwa seumur mereka bekerja, atau kawin, atau masih anak-anak sudah punya anak. Untuk anak yang bekerja, indeks Indonesia (6,9) lebih baik daripada Thailand (8,3), Myanmar (9,3), Filipina (11,1), dan Vietnam (16,4).

Perkawinan amat dini jelas faktor yang bikin kehilangan masa kanak-kanak. Urusan itu diukur berdasarkan persentase anak perempuan kawin pada umur 15-19 tahun. Indeks Indonesia 12,8. Malaysia (6,0), Filipina (9,7), Vietnam (10,3),  Myanmar (12,6). Tapi Thailand lebih jelek daripada kita (14,1).

Indikator lain yang disurvei ialah seberapa banyak anak telah beranak yang diukur tiap kelahiran per 1.000 anak perempuan umur 15-19 tahun. Indeks Indonesia 49,2. Malaysia (13,7), Myannar (16,2), dan Vietnam (39,1). Filipina lebih parah (62,7).

Semua itu hasil survei Save the Children (www.savethechildren.org) dan perbandingan Indonesia dengan beberapa negara ASEAN. Secara global posisi anak-anak kita digolongkan ‘some children’ yang kehilangan masa kanak-kanak. Kita tidak tergolong ‘many children’,  ‘most children’, apalagi ‘nearly all children’. Satu perkara kiranya jelas, kita perlu bertindak cepat mengatasi persoalan stunting, anak anak kerdil kurang gizi. Jangan remehkan temuan ini!

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.