Say it to My Face

292

MANTAN Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membuat sebuah forum diskusi mati kutu.

Forum itu semula hendak membahas dirinya, tidakkah dia terlalu tua untuk jadi perdana menteri?

Kata Mahathir melalui Tweeter, “Ada forum bertajuk, “Adakah Tun M terlalu tua untuk jadi PM? Saya hadir. I’m here guys. Say it to my face.”

Benar, didampingi istrinya, dr Siti Hasmah binti Haji Mohamad Ali, mantan perdana menteri itu datang menghadiri diskusi yang membahas dirinya itu.

Diskusi itu diselenggarakan di Shah Alam, di luar ibu kota Kuala Lumpur (23/3).

Ada tiga pembicara, yaitu pakar politik, pakar psikologi, dan pakar kebugaran.

Namun, ketiganya tidak banyak bicara gara-gara objek pembicaraan, Mahathir, hadir di tengah diskusi sebagai subjek.

Sebagai subjek karena Mahatir malah menjadi seperti pemakalah.

Katanya, ada dua jenis umur. Pertama, umur dalam bilangan tahun.

Kedua, umur badan. “Umur badan tidak mesti sama dengan umur tahun,” ujar Mahathir.

“Sejauh menyangkut masalah kesehatan, saya belum pikun.”

Mahathir lahir 10 Juli 1925.

Itu berarti umurnya menjelang 93.

Umur itu membuat PM Najib Razak membandingkan seniornya itu dengan mantan Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, yang kini berusia 94 tahun.

Mugabe berkuasa sebagai diktator 30 tahun, baru lengser akhir tahun lalu.

Berkuasa 22 tahun, Mahathir merupakan PM Malaysia terlama (16 Juli 1981-31 Oktober 2003).

Setelah 15 tahun menjadi warga biasa, kini ia bakal maju dalam pemilu untuk kembali menjadi PM, diusung Partai Pakatan Harapan.

Partai Pakatan Harapan (The Alliance of Hope) merupakan koalisi partai oposisi, antara lain Partai Keadilan Rakyat, yang didirikan Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar Ibrahim, mantan musuh politik Mahathir.

Mereka bersepakat untuk menumbangkan petahana PM Najib Razak, pemimpin Partai Barisan Nasional (UMNO), yang telah 8 tahun menjadi PM.

Mahathir menuduh Razak korupsi besar-besaran (dikenal sebagai Skandal 1MDB) dan berniat menjatuhkannya di tengah jalan.

Tidak berhasil. Sejauh ini Razak terlalu kuat untuk ditumbangkan melalui pemakzulan oleh seorang pemimpin legendaris sekalipun.

Gagal memakzulkan Razak, Mahathir yang memulai karier politiknya lebih 70 tahun bersama UMNO, memutuskan keluar dari partai berkuasa itu untuk bertarung menjadi PM kembali melalui pemilu yang diselenggarakan sebelum atau pada 24 Agustus 2018.

Karena itu muncul pertanyaan kepublikan, di usia menjelang 93, tidakkah Mahathir terlalu tua untuk kembali memimpin Malaysia? Untuk menjawab pertanyaan itu, hemat saya diperlukan perbandingan yang masih hidup.

Muncullah nama Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, 91, presiden tertua di dunia sekarang ini, yang menyandang predikat itu sejak Desember 2014.

Essebsi harus melepaskan predikat itu jika Mahathir terpilih menjadi PM Malaysia.

Mahathir berlatar belakang profesi dokter.

Ia menilai dirinya sendiri belum pikun. Ia menantang orang yang menilainya terlalu tua, “Say it to my face.”

Apakah di negeri ini ada calon presiden yang menurut publik terlalu tua untuk menjadi capres?

Apakah orang itu berani bilang, “Say it to my face?” Jika ukurannya umur 90-an tahun, wow, banyak benar yang merasa dirinya masih muda karena belum berusia kepala 7.

Akan tetapi, jika ukurannya harapan hidup orang Indonesia, yaitu 70,90 tahun, kiranya sang tokoh perlu berpikir ulang untuk mengatakan, “Say it to my face.”

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.