Amien Rais dan Prabowo

292

AMIEN Rais diberitakan kian bergairah untuk kembali menjadi calon presiden setelah Mahathir Mohamad kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia dalam usia 92 tahun.

Amien Rais berumur 74 tahun. Dia lebih muda 18 tahun daripada Mahathir. Perbedaan yang sangat jauh. Perbedaan lainnya terletak pada kata ‘kembali’. Mahathir ‘kembali’ menjadi perdana menteri, sedangkan Amien Rais ‘akan kembali’ menjadi calon presiden. Mudah-mudahan selain PAN ada partai yang cukup kursi di DPR sehingga gabungan partai itu dapat mencalonkan Amien Rais sebagai capres.

Prabowo sebagai pemimpin partai oposisi pun kian bersemangat. Buktinya dia sampai perlu mengunjungi Anwar Ibrahim, pemimpin Partai Keadilan Rakyat, partai oposisi di Malaysia.

Bedanya ialah Anwar Ibrahim memimpin oposisi dari ruang sempit di penjara, sedangkan Prabowo dari Hambalang, kediamannya yang luas sehingga tersedia ruang untuk memelihara kuda.

Sejak 2003 partai yang didirikan Anwar Ibrahim telah empat kali ikut pemilu. Namun, dalam tiga kali pemilu (2003, 2008, 2013), Partai Keadilan Rakyat tidak berhasil menumbangkan partai yang berkuasa UMNO. Pada Pemilu 2018, setelah koalisi oposisi Pakatan Harapan dipimpin Mahathir, barulah mereka berhasil menumbangkan UMNO yang dipimpin PM Najib Razak. Jelaslah yang berwibawa, berkarisma, yang rekam jejaknya menjulang tinggi bukan Anwar Ibrahim, melainkan Mahathir Mohamad.

Seusai pemilu, BBC London mewawancarai sejumlah anak muda di jalan raya di Kuala Lumpur. Apa kata mereka? Mereka percaya kepada Mahathir seperti mereka percaya kepada kakek mereka. Inilah pemimpin bangsa yang dipersepsikan sebagai kakek yang menyayangi dan mengayomi anak cucunya, anak bangsa Malaysia.

Kepercayaan itu dibuktikan lebih dalam lagi. Seorang anak muda umur 27 tahun yang menggerakkan warga Malaysia di mana pun berada untuk bergotong royong menyumbangkan uangnya, membantu pemerintahan PM Mahathir meringankan utang negara yang berjibun, yaitu 1 triliun ringgit, yang dibuat rezim Najib Razak.

Presiden Jokowi mengapresiasi keinginan Amien Rais untuk menjadi capres. Hemat saya, Pemilu 2019 kesempatan bagi Amien Rais untuk kembali membuktikan apakah rakyat percaya atau tidak percaya menjadikan dirinya presiden RI. 

Sepatutnya Amien Rais penasaran terhadap dirinya sendiri, masak pemimpin reformasi pada Pilpres 2004 ditumbangkan Megawati dan SBY hanya dalam satu putaran?

Rasanya tidak masuk akal Amien Rais menjadi capres berpasangan dengan Prabowo sebagai cawapres. Seperti juga sebaliknya rasanya tidak masuk akal Prabowo yang menjadi capres dan Amien Rais sebagai cawapres. Tentu saja yang rasanya tidak masuk akal belum tentu rasanya tidak menjadi kenyataan dalam politik. Terlebih masih terbuka kemungkinan lain karena PKB dan Partai Demokrat belum menentukan siapa capres yang mereka dukung atau usung.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar telah menjajakan dirinya untuk menjadi cawapres entah untuk siapa calon presidennya. SBY kiranya juga menginginkan anaknya AHY menjadi cawapres pun entah untuk siapa pula capresnya. Apakah yang dimaksud dengan ‘entah siapa capresnya’ itu ialah Amien Rais dan Prabowo?

Bagus sekali bagi demokrasi Indonesia bila pada pemilu nanti ada tiga capres, yaitu alfabetis Amien Rais, Jokowi, dan Prabowo. Ketiganya pernah dua kali menjadi capres. Siapa pun yang kalah kiranya tidak lagi penasaran terhadap dirinya sendiri, terlebih penasaran terhadap legitimasi suara rakyat terbanyak yang harus dihormati siapa pun.

Terus terang, oposisi sekarang ini tergolong abai terhadap perkara esensial yang satu ini, yaitu legitimasi presiden terpilih.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.