Benci, Norak, Jorok
DONALD Trump sepertinya tak terbendung lagi bakal memenangi pertarungan internal menjadi calon presiden AS dari Partai Republik, berhadapan dengan Hillary Clinton dari Partai Demokrat.
Bahagiakah republiken?
Kalangan mapan di tubuh Republik malah sangat khawatir, jika Trump presiden, lebih banyak mudaratnya.
Karena itu, mereka berusaha menghentikan Trump, antara lain kelak melalui konvensi.
Namun, banyak yang menilai telah terlambat.
Pemuja Trump ialah warga AS yang kecewa terhadap Barack Obama.
Selama Obama dari Demokrat berkuasa, pertumbuhan ekonomi di bawah 3%, upah tidak meningkat.
Raja realestat Trump dinilai mampu memberi harapan baru di bidang ekonomi.
Tak hanya itu.
Gaya intelektual Obama, juga Hillary Clinton, tidak pas lagi.
Sebagian warga AS kayaknya butuh pemimpin norak.
Trump memberinya.
Ia, misalnya, menyebut Marco Rubio, Senator Florida, saingannya di Republik, sebagai little Marco, Marco kecil, karena tubuhnya pendek.
Marco membalasnya dengan mengakui Trump lebih tinggi, sekitar 74 inci, tapi tangannya hanya seukuran orang dengan tinggi 62 inci.
Apa artinya orang bertangan kecil?
Tidak dapat dipercaya, kata Marco.
Pertarungannya dengan Ted Cruz, Senator Texas, menyerang istri. Ini bagian kampanye ‘jorok’.
Trump bilang agar ‘berhati-hati’, atau ia akan membongkar rahasia.
Di sebuah tabloid, Ted disebut memiliki 5 gundik, pengkhianatan terhadap Heidi, istrinya.
Setelah itu, muncul foto Melania Trump telanjang di Facebook.
Foto itu dibuat pada 2000, kala Melania Knauss, perancang permata dan mantan model, belum menjadi istri Trump.
Bersama foto itu, ada komentar, ‘itulah yang akan menjadi ibu negara, atau dukunglah Ted Cruz’.
Ted membantah foto telanjang itu berasal dari pihaknya.
Namun, itu tidak menghilangkan kenyataan, Trump membuat pertarungan di kalangan republiken norak dan jorok.
Akan tetapi, yang paling mengerikan, bahkan untuk dunia, Trump penganut kebencian.
Orang Meksiko dinilainya hanya pembawa laknat bagi AS.
Ia akan mendirikan tembok di perbatasan AS-Meksiko sehingga tidak terjadi lagi imigran gelap.
Tembok Berlin dirobohkan pada 1989, seiring jatuhnya komunis, tapi kini di negara bebas berpikir, pikiran kebencian Trump laku dijual.
Setidaknya menyenangkan warga Arizona, yang berbatasan dengan Meksiko.
Yang sudah diberitakan luas di sini, Trump membenci Islam. Ia akan melarang muslim masuk ke AS.
Bom di Bandara Brussels yang menewaskan setidaknya 31 orang, yang diklaim dilakukan IS, diperkirakan bakal menambah laku jualan kebencian Trump.
Trump juga membenci negara yang digolongkannya sebagai pembunuh lapangan kerja.
Dalam sebuah konferensi pers di Florida, ia menyebut defisit perdagangan dengan Jepang, lebih US$100 miliar per tahun.
“Mereka membunuh kita. Kamu tahu apa yang kita jual ke Jepang? Praktis nihil.”
The Wall Street Journal (WSJ) membantahnya.
AS mengekspor barang dan jasa US$116 miliar per tahun ke Jepang.
Jepang bahkan negara keempat terbesar bagi ekspor barang-barang AS, setelah Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.
Trump membanggakan bisnisnya.
Hotelnya di Chicago disebutnya sebagai nomor 1 di Amerika Utara.
Padahal, menurut Trip Advisor, Trump International Hotel & Tower bukan nomor 1, melainkan 12.
Apakah pembual, pembenci, norak, jorok, bakal menjadi presiden AS? Saya berharap, itu tidak terjadi.
Namun, bersiaplah menerima kelemahan demokrasi, yaitu tidak selalu menghasilkan pemimpin terbaik.
AS pun kiranya perlu membayar harganya.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.