Dipecat dan Kaya
SIAPA mau dipecat dan kaya? Yang bermental pecundang kiranya menjawab ‘mau’. Bahkan, dengan senang hati mendambakan dipecat berkali-kali agar kekayaan pun membengkak berkali-kali, kaya raya.
Sebaliknya, petarung sejati rasanya tidak pernah berharap menjadi kaya atau bertambah kaya karena dipecat. Kekayaan ialah buah apresiasi karena konsisten berprestasi. Carilah dulu reputasi, yakinlah materi bakal menyertai. Maaf bila terasa seperti meniru khotbah di atas bukit.
Semua itu tidak menutupi, apalagi mengingkari realitas kontradiktif, yaitu bereputasi tinggi, tinggi sekali, tetapi dipecat berkali-kali. Kekayaan pun kian menggunung. Siapakah dia? Spesies langka itu Jose Mourinho, manajer klub sepak bola tergolong paling sukses, yang Desember lalu dipecat Chelsea dengan pesangon menggiurkan.
Mourinho bergaji 250 ribu pound atau Rp5 miliar per minggu. Dalam profesinya, gaji tertinggi di dunia. Kontraknya masih 3,5 tahun sehingga total 10,5 juta (Rp210 miliar).
Mengikuti tradisi kontrak di Chelsea, Mourinho bakal terus digaji sampai ia mendapat pekerjaan baru. Tak hanya itu. Sebelum musim dimulai, ia meneken bumper 30 juta atau Rp600 miliar sebagai pengamanan kontrak hingga 2019.
Tidak ada yang menyangka, setelah meraih juara liga, Chelsea terpuruk hingga satu tingkat saja di atas batas degradasi, menyebabkan Mourinho dipecat. Apakah uang sebesar itu bakal diterima Mourinho? Itu tergantung pada mutual consent dan dampak tuntutan hukum Eva Carneiro, dokter yang dipecat Mourinho.
Pemecatan pada Desember bukan pertama kali. Pada 2007, Chelsea memecat Mourinho dengan kompensasi 18 juta. Sejak Abramovich mengambil alih Chelsea pada 2003, ia 8 kali memecat manajer. Entah berapa besar kekayaan para manajer itu karena dipecat orang kaya Rusia.
Apakah uang segalanya? Mourinho pertama datang ke Chelsea menyebut diri sebagai ‘the special one’. Setelah tidak dicintai di Real Madrid, ia datang kedua kali dengan membahasakan dirinya sebagai ‘the happy one’. Ia pasti tidak bisa menyebut dirinya ‘the rich one’ karena masih ada yang lebih kaya. Yang jelas, sebutan ‘the happy one’ tak patut disandangnya lagi, sekalipun fan Chelsea masih mengelu-elukannya.
Presiden Real Madrid Florentino Perez juga hobi memecat pelatih. Dalam 12 tahun menduduki kursi presiden klub, ia memecat 11 manajer. Terakhir, pekan lalu, ia memecat Rafael Benitez, yang baru enam bulan memimpin Ronaldo dkk. Dipermalukan Barcelona 0-4 di kandang sendiri dan imbang 2-2 melawan Valencia, yang diarsiteki pelatih kemarin sore asal Inggris, Gary Neville, membuat habis kesabaran tuan presiden. Benitez, sekalipun asli Madrid, dipecat dengan pesangon US$10 juta atau sekitar Rp138 miliar lebih.
Manajer hebat yang berkiprah di dua negara atau lebih, yang mungkin tidak pernah dipecat dan bertambah kaya bukan karena pesangon, tapi karena apresiasi, naga-naganya hanya Pep Guardiola. Ia memilih tidak memperpanjang kontrak justru ketika kekaguman dan prestasi sedang di puncak. Manajemen Bayern Muenchen tidak berdaya menahannya. Musim depan ia ingin berkelana di Inggris. Ia disebut akan menggantikan Manuel Pellegrini di Manchester City.
MU, musuh bebuyutan City, kiranya terganggu hebat bila benar Pep berlabuh di tetangga yang berisik itu. Pep bakal mengusik impian Louis van Gaal yang pernah bilang, pada usianya sekarang (65), ia tak ingin lagi mencari uang. Setelah kontraknya berakhir musim depan, ia akan menikmati hari tuanya bersama Truus, istrinya. Romantisme itu bisa jadi tidak tercapai seutuhnya karena prestasi MU buruk, mandul, gaya permainan membosankan.
Ia mungkin saja dipecat dan berapa pun besarnya pesangon menambah kekayaannya, tidak ada artinya jika dibandingkan dengan rusaknya legacy, setelah terakhir membawa Belanda juara III dunia.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.