Ada yang Genting Enggak?
TERUS terang saya suka dengan pertanyaan itu. Ada yang genting enggak? Saya jauh lebih suka dengan jawaban atas pertanyaan itu, tidak ada yang genting.
Siapakah yang bertanya dan menjawab? Dia ialah Andre Rosiade, juru bicara BPN Prabowo-Sandi. Dia mempertanyakan perihal rencana pertemuan Luhut Binsar Pandjaitan dengan Prabowo Subianto. Dia merasa kondisi saat ini baik-baik saja sehingga pertemuan belum dirasa sangat diperlukan.
Semua itu saya ambil dari laporan utama harian ini (Selasa, 23/4) yang berjudul ‘Rekonsiliasi Secepatnya’. Judul itu disertai sebuah pokok pikiran, ‘Pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto akan meredakan ketegangan di akar rumput.’
Sejujurnya memang terjadi ketegangan. Akan tetapi, bukankah lazim ada ketegangan menyertai sebuah pertandingan, terlebih pertandingan nasional sekelas dan sehebat pilpres?
Ketegangan lumrah terjadi. Namun, meminjam penilaian Andre, bukan kegentingan. Seusai pilpres masing-masing kita kiranya kembali dalam suasana kehidupan yang normal. Bukankah hidup terus bergulir? Begitu pula KPU normal terus menghitung perolehan suara. Hanya satu pilihan suasana kebatinan, yaitu semua kita anak bangsa bersabar menunggu pengumuman KPU pada 22 Mei.
Bersabar sekalipun kita percaya akan kecanggihan hitung cepat yang hasilnya dari pemilu ke pemilu sama dengan hasil penghitungan KPU.
Kiranya kita pun setuju dengan pendapat Andre yang juga bilang Pak Jokowi dan Pak Prabowo baik-baik saja. Masyarakat juga baik-baik saja. Pak Andre, terima kasih pendapatnya. Seperti Anda, alhamdulillah, puji Tuhan, saya juga baik-baik saja seusai pilpres.
Saya pikir dua kata kunci, yaitu reintegrasi dan rekonsiliasi belum relevan untuk dipakai karena anak bangsa ini baik-baik saja. Itu menunjukkan kepada dunia bahwa kita matang berdemokrasi.
Setelah mencoblos di TPS pikiran dan hati anak bangsa plong. Plong karena siapa pun terpilih menjadi Presiden RI, dia presiden kita bersama, presiden semua anak bangsa.
Plong karena anak bangsa melakukan semacam self healing, yaitu mampu menenteramkan diri sendiri setelah mengalami ketegangan akibat hiruk pikuk pilpres.
Rakyat berkemampuan menenteramkan diri sendiri ialah salah satu kualitas pokok bangsa ini. Kualitas yang membuat bangsa yang majemuk dalam berbagai dimensi tetap utuh bersatu.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.