Kuntilanak Sontoloyo
KIRANYA ada bermacam-macam hantu di Bumi Pertiwi. Saat ini yang paling populer ialah genderuwo.
Di masa saya kecil yang paling populer kuntilanak. Bagaimana hantu itu digambarkan? Kupetik dari ingatan perempuan cantik yang punggungnya bolong.
Punggung bolong itu tentu menakutkan. Terlebih suaranya di malam buta. Bertambah seram katanya kuntilanak itu jelmaan perempuan bunting. (Maaf, dalam percakapan kami dengan teman sebaya nyaris tidak mengenal kata ‘hamil’).
Saya tukang ngeluyur, gemar keluar rumah di malam hari, bertandang ke rumah teman. Katanya kuntilanak itu akan tiba-tiba muncul di sebuah pohon jengkol yang tumbuh besar di dekat sebuah lapangan voli. Padahal, tidak ada jalan lain ke rumah saya, selain harus lewat di bawah pohon itu.
Apakah saya takut? Takut, amat takut. Saya berjalan sambil terus melihat ke belakang. Rasanya dalam suasana itulah saya yakin benar Tuhan menyertai saya. Mengenangnya kembali dalam usia 65 tahun rasanya kala itulah saya beriman lebih tulus.
Akan tetapi, berulang menembus ketakutan itu pahamlah saya kuntilanak yang menakutkan itu hanya bayang-bayang semata. Dia hidup dalam fantasi. Faktanya saya tidak pernah bertemu dengan kuntilanak. Karena itu, apa yang ditakutkan? Di kemudian hari saya tahu itu memang mitos.
Di mana posisi genderuwo ketika itu? Di ranah Melayu, termasuk di Jambi tempat kelahiranku, kuntilanak lebih ‘hidup’ sebagai hantu yang menakutkan jika dibandingkan dengan genderuwo. Kenapa?
Jawabnya saya kira karena genderuwo hantu yang hidup di Jawa. Seingat saya genderuwo hanya untuk membahasakan teman yang berupaya menakut- nakuti dengan cara mengenakan sarung yang hanya tampak matanya dalam gelap. Yang ditakut-takuti teman perempuan, yang spontan menjerit-jerit, bikin teman seperti genderuwo itu gembira mendengarnya.
Hantu di masa itu kiranya lain benar dengan hantu menjelang pemilu presiden yang disebut genderuwo politik. Mengikuti pikiran sang pencetus, inilah hantu yang baru lengkap bila diberi predikat sontoloyo.
Genderuwo sontoloyo itu menakut-nakuti rakyat, antara lain dengan cara menciptakan kebohongan. Ada kebohongan yang tanpa malu terang-terangan diproduksi si pembohong kepada publik, terutama lebih banyak disebarluaskan melalui media sosial.
Meminjam kejadian di masa lalu, teman-teman perempuan yang menjerit-jerit gara-gara berulah seperti genderuwo, apakah gara-gara genderuwo sontoloyo itu rakyat akan menjerit-jerit ketakutan? Yang terjadi malah sebaliknya. Di mana-mana rakyat dengan senang hati membuktikan kebohongan itu. Contohnya, rakyat dengan kreatif membelanjakan uang Rp100 ribu untuk mematahkan kebohongan uang sebanyak itu hanya dapat membeli bawang dan cabai.
Bagaimanakah patutnya saya menempatkan kuntilanak, tepatnya kuntilanak sontoloyo? Kalau genderuwo sontoloyo kerjanya menciptakan kebohongan, apa kerjaan hantu yang satu ini?
Hantu politik kuntilanak sontoloyo punggungnya juga bolong. Mulutnya bocor, ember. Suaranya pun mengerikan berupa ujaran kebencian. Apakah rakyat takut?
Jawabnya keliru besar. Kenapa? Rakyat umumnya waras
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.