Potret Diri SBY

315

SBY kembali menjadi pembicaraan publik gara-gara pernyataannya akhir pekan lalu bahwa Polri, TNI, BIN tidak netral dalam rangka pilkada yang diselenggarakan Rabu, kemarin.

SBY menyebut hal itu dilakukan oknum dengan menunjuk sebagai bukti penggeledahan rumah dinas Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang maju sebagai calon gubernur. SBY menggugat, mengapa rumah calon gubernur yang lain tidak digeledah?

Penjabat Gubernur Jabar M Iriawan yang merupakan perwira tinggi Polri membantah penggeledahan itu. Yang mereka lakukan pemeriksaan aset, bukan penggeledahan. Iriawan bahkan menyayangkan SBY mendapat informasi tersebut dari pembisiknya. “Sekarang di media sosial beliau terpojok, kan kasihan. Harusnya dilihat dulu yang memberi masukan.”

Dalam konferensi pers kampanye akbar pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi di Bogor, Sabtu (23/6), SBY bahkan eksplisit menyebut ada oknum aparat TNI, Polri, dan BIN, yang ikut berpolitik dan ingin menggagalkan calon-calon yang diusung oleh Demokrat.

“Kenapa ini saya sampaikan, agar BIN, TNI, dan Polri netral. Ini nyata sekali kejadiannya. Kalau pernyataan saya ini membuat intelijen dan kepolisian tidak nyaman, dan mau menciduk saya, silakan,” katanya.

Ada dua kata yang perlu disorot. Pertama penggunaan kata ‘oknum’ untuk menghindari tuduhan kepada Polri, TNI, BIN sebagai institusi. Padahal, menyebut sekaligus dalam satu kalimat ada oknum di tiga institusi itu justru menimbulkan tafsir adanya konspirasi institusi.

Kedua, kata ‘menciduk’ yang mengandung makna kekerasan bahkan berupa pelanggaran HAM. Sangat mengherankan SBY yang mantan Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) ABRI berpangkat letnan jenderal di zaman otoriter itu kembali menggunakan kata ‘menciduk’. Padahal, dia 10 tahun menjadi presiden sebagai produk demokrasi.

Untuk kedua kali dalam konteks pilkada, SBY berbicara negatif terhadap BIN. Yang pertama di masa pilkada Jakarta, ketika Ahok menjadi calon gubernur, bersaing dengan Anies Baswedan, dan AHY, anaknya. Yang kedua di masa pilkada Gubernur Jawa Barat sekarang ini, yakni Partai Demokrat mengusung Deddy Mizwar. Jelaslah SBY punya kepentingan subjektif.

Pandangan SBY yang mencurigai Polri, TNI, dan BIN membuat saya tidak bisa menghindarkan diri untuk menyoal, apakah potret diri SBY masih patut dilihat sebagai mantan presiden RI? Ataukah dia lebih pas dipandang sebagai seorang politikus, Ketua Umum Partai Demokrat? Ataukah perlu melihat potret dirinya mundur jauh ke belakang di level selaku Kasospol ABRI?

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.