Khairy Jamaluddin sang Penantang
BERKUASA selama 60 tahun tiba-tiba mendadak kalah secara dramatis dalam pemilu kiranya memaksa partai ini mengoreksi diri besar-besaran. Benarkah?
Dalam kenyataan, yang berkuasa di partai itu tetaplah berkehendak mempertahankan kekuasaan. Dinamika internal status quo versus perubahan itulah yang ditengarai bakal berlangsung pekan depan Sabtu (30/6), dalam pemilihan Presiden UMNO (United Malays National Organization), partai paling berkuasa di Malaysia yang sontak dikalahkan koalisi oposisi pada pemilu pada Rabu (9/5).
Status quo itu milik pemimpin tua. Riwayat UMNO kurang lebih riwayat senioritas, yang telah berlangsung tiga dasawarsa. Pemimpin terakhir, Najib Razak, 65, mengundurkan diri setelah kalah dalam pemilu dan dilarang ke luar negeri karena diduga melakukan korupsi. Ia digantikan Ahmad Zahid Hamidi yang enam bulan lebih tua sebagai pelaksana tugas sementara Presiden UMNO.
Tragisnya, kekuasaan UMNO justru ditumbangkan tokoh yang jauh lebih tua, jauh lebih senior, yaitu Mahathir Mohamad, 92, yang notabene mantan Presiden UMNO yang kini kembali menjadi perdana menteri, tapi dari koalisi oposisi.
Tampilnya tokoh muda Khairy Jamaluddin selaku penantang untuk menjadi Presiden UMNO mencerminkan pertarungan dalam dua dimensi sekaligus, bukan hanya tokoh tua melawan tokoh muda, melainkan juga status quo versus perubahan.
Khairy Jamaluddin lahir pada 10 Januari 1976, lebih muda 23 tahun daripada Ahmad Zahid Hamidi, yang lahir pada 4 Januari 1953, yang merupakan satu dari tujuh rival utama Khairy Jamaluddin dalam pertarungan menjadi Presiden UMNO. Rival lain ialah Tengku Razaleigh Hamzah, lahir 13 April 1937, yang berarti lebih gaek lagi, yaitu 38 tahun 8 bulan lebih tua daripada Khairy Jamaluddin.
Lulusan Oxford University dan University College London itu membahasakan dirinya bakal membawa kultur baru di tubuh UMNO. Katanya, “UMNO partai tua dan sekarang saatnya berubah. Pemilihan Presiden UMNO harus teratur diselenggarakan tiap tiga tahun, tanpa penundaan. Penundaan merusak semangat demokrasi dan akuntabilitas di dalam UMNO.”
Menantu mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Abdullah Baidawi itu menjanjikan, bila dia menang sebagai Presiden UMNO, dia menambah dua posisi wakil presiden partai, satu di antaranya diperuntukkan perempuan. Janji lain, ia akan mengangkat Tengku Razaleigh Hamzah sebagai ketua dewan penasihat. Tengku, yang lebih dari empat dasawarsa menjadi anggota parlemen dan nyaris menjadi perdana menteri, hanya kalah tipis melawan Mahathir Mohamad pada pemilu 1987. Khairy menilai Tengku punya pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam menghadapi pemerintahan sekarang yang dipimpin Mahathir.
Khairy Jamaluddin dikenal sebagai Presiden Pemuda UMNO yang progresif yang bersuara kencang terhadap kekuasaan negara yang opresif. Dia dekat dengan masyarakat madani dan berani mengkritik pemerintah yang dikuasai UMNO.
Namun, setelah diangkat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga pada 2013, tokoh muda itu dinilai kian kompromistis. Misalnya, dia dinilai tidak berani melawan kepura-puraan bahwa skandal 1MDB seakan tidak ada. Sesungguhnya itu perkara yang lumrah. Bukankah malah aneh berada di dalam kekuasaan, tapi berkelakuan oposisi?
Publik Indonesia mungkin masih ingat kasus bendera Merah Putih dicetak terbalik di buku acara SEA Games 2017 yang diselenggarakan di Malaysia. Menteri Khairy Jamaluddin bukan hanya menulis surat resmi minta maaf, tapi juga menemui Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi untuk meminta maaf.
Khairy Jamaluddin tergolong tokoh muda sipil yang langka. Pada 2010 dia mengikuti latihan militer di Negeri Sembilan dan Johor, kemudian menjadi pasukan cadangan di Rejimen Askar Wataniah (Resimen Tentara Teritorial).Â
Pada 2011 dia mengikuti kursus terjun payung di Pusat Pelatihan Tempur Khusus di Kamp Sungai Udang di Melaka. Pada 2014 dia diangkat menjadi Komandan Resimen 508.
Pada 2016, pangkatnya dinaikkan dari kolonel menjadi brigjen. Dia menjadi satu-satunya menteri kabinet yang mendapat penghargaan pangkat tentara dan tetap menjadi Komandan Resimen 508. Sekarang terbuka kemungkinan dia pun menjadi Presiden pertama UMNO berpangkat jenderal.
UMNO itu seperti Golkar yang berkuasa di masa Presiden Soeharto. Bedanya ialah Pak Harto ditumbangkan di tengah jalan dengan cara tidak enak, sedangkan Najib Razak melalui pemilu. Tidak pernah lagi ada kader atau pemimpin Golkar sejak Pemilu 1999 yang menjadi Presiden RI. Bahkan, pada Pilpres 2014, Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie gigit jari tidak mengusung calon presiden sendiri.
Seperti juga Golkar yang tidak mudah untuk kembali lagi berkuasa, begitu pula kiranya UMNO. Bahkan, UMNO lebih berat karena harus membalikkan jalan sejarah yang tengah berpihak kepada oposisi. Itu perkara sangat besar, yang kiranya membakar jiwa orang muda, sang penantang, Khairy Jamaluddin.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.